Rabu, 10 Februari 2010

Kasihan nya Ketua Suku

Baru-baru ini ngliat temen-temen banyak yang dulu nya jarang ngBlog, mulai rajin menuangkan. Ya walaupun cuma terkesan seperti: diary, tutorial, cerpen, prosa, atau bahkan cerita “stensil”. Tapi ini bukan masalah, yang pingin aku tiru (baca: tiru-tiru ^^v) adalah semangat nya dalam berargumen, memberikan inspirasi kepada orang, atau mungkin juga dalam rangka “meraup” keuntungan yang dari dunia maya. Apapun itu acungan jempol lah buat mereka-mereka ini. Akhir nya blog yang dulu sempet aku buat lalu aku telarkan, mulai detik ini aku pegang-pegang lagi (maksud nya aku aktifkan lagi). Yah sembari ngisi waktu luang, kan lumayan tu bisa nambah ilmu, ato nambah duit, numpang lewat. Untung-untung bisa seperti R.D. ato penulis novel ‘blog’ yang dah duluan tenar.

Doa kan saya ya, agar bisa cepat menyusul!!!... (dengan gaya pemain Benteng Takeshi ~_~)

…ehm (piki2), tema apa ya.. yang ingin aku angkat sekarang?!Lom Ada Judul ne…owh..owh…yeah…TING!! (tiba-tiba muncul lampu diatas kepala dengan telunjuk menunjuk…wkwkkw)…

Barusan ngliat acara debat di tipi ne (salah SATU tipi swasta Negara kita tercinta),bicara soal topik yang lagi hangat-hangat tae ayam (yaiks!!!) didengung-dengungkan atau mungkin sebenar nya inti dari masalah ini sudah cukup lama terasa, tapi baru dimasukkan acara debat ya sekarang ini. Esensi yang aku tangkep ne ya, “Ketua Suku AI terlalu gampang mengeluh, grundel, menthel, lemah, ato apalah kata sandingan nya”. Tema ini sangat aku tunggu-tunggu dari dulu, yang nantinya muara selanjutnya adalah kalo ketua suku gampang mengeluh, terus anak-anak suku nya mau ngeluh sama sapa?.  Hhmmm…kaya nya pernah tahu masalah ini di suatu tempat…
Contoh kata gini: Suatu ketika ada anak-anak suku yang pengen ketua suku diganti, usut punya usut ketua suku disini ga seperti kerajaan yang raja nya bisa ngejabat dari orok sampai Tam (at). Tapi harus ada prosesi seperti mencari dukungan dari “rekan-rekan” nya sehingga bisa dapat pengakuan untuk menjabat sebagai ketua suku. Nah suatu saat, rakyat jelata dari suku tersebut pengen banget ada perubahan pada suku nya karena selama ini suku-suku nya sudah terlalu terpuruk kondisi nya dibandingkan suku tetanggga..(sedih dong pasti!! T_T). alhasil cara nya adalah dengan yang jaman sekarang kita kenal sebagai Demon’sTerasi (terasi nya setan dong?! Hohoho…), dan cara penyampaian mereka aku lihat mengimitasi dari suku tetangga di puncak gunung sana: bakar kemenyan, ngarak sapi, dkk. Nah beda nya di suku AI ini si Bos ga terima karena kebebasan ekspresi yang salah, yang berlebihan, yang keluar jalur (emang kereta pake jalur segala…), sedangkan di suku sono yang dipuncak gunung (yang orang sering bilang suku BarBar) bisa diterima karena itu bentuk rasa kekecewakan anak-anak suku. Tapi di suku AI ini, oleh si Ketua Suku malah dikeluh-kesahkan. Sampai sini ada yang ditanyakan? Kalo tidak saya lanjutkan…heheh… (kaya ibu guru aja ne)… dari situ saya mengasumsikan, tnyata gaya politik (ceileh politik…ngeja aja susyah..wkwkkw…) ybs adalah gaya politik “anak2-tolong-saya” …^^v
Selanjutnya waktu mw nglanjutin nonton, eh komandan dating terus diganti acara lain (baca: sinetron)…tjah!! Ya sudah bubar de…hmmm…akhir kata: simpan untuk diskusi selanjutnya!! ;))

Tidak ada komentar: